BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini
tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya
peningkatan produksi dan produktivitas gabah nasional. Sejauhamana tanaman padi
hibrida itu dapat dikenal oleh petani berikut penjelasan singkat mengenai
teknis budidaya tanaman padi hibrida.
Keunggulan Tanaman Padi Hibrida
1.
Hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul
inbrida;
2.
Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap
gulma; Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih
luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah
dan translokasi asimilat yang lebih tinggi;
3.
Keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti
sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih
banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tingg
Kelemahan Tanaman Padi Hibrida
1.
Harga benih yang mahal;
2.
Petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena
benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya;
3.
Tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai
tetua padi hibrida. Untuk tetua jantannya hanya terbatas pada galur atau
varietas yang mempunyai gen Rf atau yang termasuk restorer saja;
4.
Produksi benih rumit;
5.
Memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Proses bertani
atau budidaya pertanian dalam hal tanam padi menjadi hal yang sangat penting
bagi kehidupan negara Indonesia, bagai mana tidak.. beras menjadi salahsatu
produk yang sangat penting, ini dikarenakan beras menjadi produk yang termasuk
pada Sembilan bahan pokok.
Banyak hal yang
mempengaruhi proses meningkatnya produksi padi, mulai dari penggunaan bibit
unggul, pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hama
penyakit, dan lain sebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa di tempuh oleh
petani dalam proses meningkatkan produksi padi salah satu yang bisa di pilih
yaitu dengan Cara Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
“Legowo”
di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti
Luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi
dengan Sistem Jajar Legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara
mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah
tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih
banyak berada di pinggir.
Yang
berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan
produksi padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini
dikarenakan tanaman padi di pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih
banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam
proses meningkatkan produksi gabah.
1.
Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong
dengan lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang
memanjang di perpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
2.
Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu
baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman
padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3.
Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu
baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman
padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
Tanam Padi
dengan Sistem Jajar Legowo maka dapat dilihat peningkatan popolasi dari tanaman
padi yang ditanam, secara umum rumus peningkatan jumlah populasi tanaman padi
dapat dilihat dengan rumus 100% X 1 : ( 1 + jumlah legowo)
Sebagai Contoh,
a.
Jika Legowo 2:1 maka peningkatan populasinya yaitu
100% X 1 : (1 + 2) = 33,3%
b.
Jika Legowo 3:1 maka peningkatan populasinya yaitu
100% X 1 : (1 + 3) = 25 %
c.
Jika Legowo 4:1 maka peningkatan populasinya yaitu
100% X 1 : (1 + 4) = 20 %
d.
Jika Legowo 5:1 maka peningkatan populasinya yaitu
100% X 1 : (1 + 5) = 16,7%
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Benih dan Persemaian
Benih padi hibrida hanya dapat
digunakan untuk satu kali tanam saja. Artinya, setiap kali mau menanam, petani
harus menggunakan benih yang baru dan bersertifikat. Penggunaan benihnya
berkisar antara 15 - 20 kg / ha.
Persemaian dilakukan dengan menggunakan
sistem basah, dimana lahan diolah dalam kondisi macak-macak, kemudian
dibuat bedengan selebar 1 – 1,25 meter dan ditinggikan setinggi 5 cm.
Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum sebar benih.
Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20 m2
atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha. Selanjutnya benih
direndam selama 12 – 24 jam, kemudian ditiriskan di tempat yang aman hingga
berkecambah 1 mm. Kemudian benih disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per
20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2.
Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan
KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea
10 gr/m2 luas persemaian.
Sehari setelah sebar hingga hari ke
tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air
pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan seterusnya, ketinggian air di
jaga 2 - 5 cm. Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah
berhelai daun 5 - 6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara
periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu
tanaman (OPT).
2.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tempat yang
baik untuk tanaman,sehingga pengolahan tanah sangat menentukan keberlanjutan
pertumbuhan tanaman padi hibrida. Lahan sawah disiapkan paling lambat 15 hari
sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan 2 - 3 kali.
a.
Pengolahan I, tanah diolah/dibajak dalam keadaan
macak-macak. Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10 cm-20 cm),
sebelumnya tanah digenang air selama 1 minggu untuk melunakkan tanah. Galengan
dibersihkan dengan cangkul dan dipopok dengan tanah agar air dan unsur hara
pada petakan tidak hilang melalui rembesan Setelah tanah diolah, tanah
dibiarkan selama 1 minggu dan digenangi air.
b.
Pengolahan II, tanah diolah/dibajak dan digaru untuk
melumpurkan dan meratakan lahan agar siap ditanami bibit padi.
c.
Pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang
atau pupuk kompos jerami.
3.
Penanaman dan Penyulaman Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit
berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah berdaun 5-6 helai, dengan
sistem tanam pindah (transplanting). Bila menggunakan sistem tanam tegel dengan
jarak tanam 20 cm x 20 cm ,untuk lahan kurang subur atau 23 cm x 23 cm
dan 25 cm x 25 cm ,untuk lahan subur. Dapat juga penanaman menggunakan sistem
tanam jajar legowo (20 cm x 12,5 cm) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau
(20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
Tanamlah bibit dengan menggunakan sistem tanam dangkal
dengan pada kedalaman 1 – 2 cm, dengan jumlah bibit yang ditanam 1 - 2
batang per lubang atau paling banyak 2 bibit tanam per lubang tanam.
Untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap
bibit yang tidak tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan
populasi yang optimal.
Tabel. Populasi tanaman padi dalam tiap hektar pada berbagai cara tanam
No
|
Cara Tanam
|
Populasi Tiap
Ha
|
% Terhadap
Populasi Cara Tanam Tegel
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Tegel 20 cm x 20 cm
Tegel 22 cm x 22 cm
Tegel 25 cm x 25 cm
Legowo 2:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 3:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 4:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 2:1 (12,5 cm x 25 cm)
Legowo 3:1 (12,5 cm x 25 cm)
Legowo 4:1 (12,5 cm x 25 cm )
|
250 000
206 611
160 000
333 333
375 000
400 000
213 000
240 000
256 000
|
100
> 100
< 100
133
150
160
133
150
160
|
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2007.
Berdasar Tabel di atas, tampak bahwa
cara tanam legowo dengan jarak tanam yang sama mempunyai populasi tanaman lebih
banyak 33% - 60% dibanding cara tanam tegel sehingga hasil gabah diperkirakan
akan lebih banyak pula.
4.
Pemeliharaan Tanaman
Anjuran pemupukan untuk tanaman padi hibrida adalah
sebagai berikut.
a.
Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk
kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar
5 ton/ha.
b.
Pemupukan diberikan paling sedikit selama 3 kali aplikasi
yaitu ; pemupukan I, pemupukan II, dan pemupukan III. Pemupukan IV
diberikan jika keadaan memaksa untuk diaplikasikan.
c.
Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250 - 350
kg/ha. Sp 36 100 kg/ ha dan KCL 100 kg / ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk
urea, sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Waktu dan cara
aplikasi pupuk adalah sebagai berikut :
a.
Pemupukan I, umur 7 - 10 HST: 75 - 100 kg urea + 100 kg
SP 36 + 75 kg KCI.
b.
Pemupukan II, umur 21 – 28 HST: 100 kg urea.
c.
Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 25 kg KCI.
Pada saat tanaman menunjukkan keadaan primordia (pembentukan bkal bunga)
d.
Jika diperlukan pemupukan IV dapat diaplikasikan dengan
memberikan 50 kg urea. Apabila warna daun menujukkan gejala kekurangan
nitrogen (kurang urea). Dan 10% dari populasi tanaman telah
berbunga.
Pada daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA
100 kg/ha. Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn,
dilakukan dengan pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20 kg/ha
bersamaan dengan pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk
merata ke seluruh areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan
saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.
5.
Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan
pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan di daerah yang
pengairannya dapat diatur. Cara pengairan berselang adalah:
a.
sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak.
Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10
HST;
b.
Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan
tanah retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm;
c.
Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen,
lahan terus digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya lahan dikeringkan untuk
mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Pada dasarnya
tanaman padi hibrida tidak banyak berbeda dengan padi inbrida dalam kebutuhan
air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida peka terhadap kekurangan air
pada waktu fase bunting sampai pengisian gabah. Bila terjadi kekurangan
air pada fase tersebut dapat menimbulkan kehampaan gabah yang pada akhirnya
dapat menurunkan hasil. Sejak tanaman padi ditanam sampai fase primordia bunga
(42 HST) tanaman perlu diberi air macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman
membentuk anakan dalam jumlah banyak. Namun konsekuensi bila diberi air
macak-macak adalah pertumbuhan gulma yang cukup cepat.
6.
Pengendalian Gulma dan OPT
Pengendalian gulma: penyiangan
dilakukan dengan alat landak atau osrok.
Penyiangan I,
dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum pemupukan II).
Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang
tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III).
Penyiangan III, dilakukan jika masih banyak gulma yang
tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang
dicabut dibenamkan ke dalam tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Pengendalian
HPT dilakukan secara periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu,
mulai dari persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum
menabur benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya
pencegahan dan pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya mengacu
pada konsep PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng coklat, penggerek
batang, tikus dan walang sangit, sedangkan penyakit adalah tungro hawar daun
bakteri blast. Menjelang panen perlu waspada terhadap serangan burung emprit, dikendalikan secara manual dengan jaring.
Strategi
pengelolaan hama dan penyakit terpadu diterapkan dengan mengintegrasikan
komponen pengendalian yang kompatibel seperti :
a.
Menggunakan varietas tahan hama/penyakit,
b.
Menggunakan bibit sehat,
c.
Menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi tanaman
seperti padi padi- kedelai/kacang hijau,
d.
Waktu tanam yang sesuai,
e.
Melakukan pembersihan lapangan terhadap singgang yang
biasanya dijadikan tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit,
f.
Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
g.
Penerapan irigasi berselang,
h.
Gunakan sistem TBS (trap barrier system) untuk
pengendalian tikus,
i.
Pengendalian kelompok telur, observasi hama dan penyakit
secara terus menerus,
j.
Menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama ulat
grayak, dan penggerek batang,
k.
Meningkatkan peran musuh alami seperti labalaba
l.
Gunakan pestisida sebagai alternatif akhir untuk
mengendalikan hama berdasarkan hasil pengamatan.
Bila terjadi serangan penyakit kresek, maka sawah perlu didrainase agar
tidak terjadi genangan air di petakan. Kelembaban tanah menjadi kurang,
menyebabkan lingkungan mikro di dalam rumpun padi hibrida\ menjadi tidak lembab
dan perkembangan jamur ataupun mikroorganisme penyebab penyakit tidak
berkembang secara pesat.
7.
Penentuan waktu panen
Penentuan waktu panen merupakan salah
satu faktor penting dalam kaitannya terhadap hasil gabah yang dihasilkan. Bila
tanaman padi dipanen terlalu awal maka akan banyak terjadi butir hijau
akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan menjadi rendah, banyak butir mengapur
dan beras kepala banyak yang patah.
Sebaliknya bila tanaman padi dipanen terlambat maka akan
menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah, timbangan gabah
menjadi lebih ringan karena kadar air sudah menurun.
Pemanenan gabah
yang ideal dilakukan bila :
a.
Sudah 90% masak fisiologi, artinya 90% gabah telah
berubah warna dari hijau menjadi kuning,
b.
Bila dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35
hari, dan
c.
Berdasar perhitungan dari sejak sebar sampai umur sesuai
dengan deskripsi varietas.
Pada dasarnya untuk dapat memperoleh hasil gabah tinggi maka kita harus
menyayangi padi. Cara yang paling mudah untuk menyayangi padi adalah
sering-sering datang ke sawah dan langsung melakukan observasi. Dengan cara
tersebut niscaya hasil gabah dapat meningkat.
1.
Manfaat yang dirasakan ketika Tanam Padi dengan Sistem
Jajar Legowo
a.
Menambahnya jumlah tanaman padi
b.
Akan meningkatkan produksi tanaman padi secara signifikan
c.
Memperbaiki kualitas gabah karena akan semakin banyaknya
tanaman pinggir
d.
Dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman padi
e.
Dapat mengurangi tingkat serangan hama tanaman padi
f.
Akan mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik dalam
proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida
g.
Dapat menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya di
bagian dalam baris tanaman
2.
Kelemahan ketika Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
a.
Akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan waktu
yang lebih lama pada saat melakukan proses penanaman padi
b.
Membutuhkan benih yang lebih banyak, ini dikarenakan
semakin banyaknya populasi tanaman padi
c.
Pada umumnya pada lahan yang menggunakan jajar legowo,
maka akan lebih banyak ditumbuhi rumput
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Yang
berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi
padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan
tanaman padi di pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam proses
meningkatkan produksi gabah.
Adapun tipe system jajar legowo :
1.
Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua
baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan
pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi setengah jarak
tanam dalam barisannya.
2.
Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga
baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali
jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah
jarak tanam dalam barisannya
3.
Jajar Legowo 4:1 – setiap empat
baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali
jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah
jarak tanam dalam barisannya.
Dalam penulisan
makalah budidaya tanaman padi siste legowo masih mempunyai banyak kekurangan,
oleh karena kurang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk
kesempurnaan makalah ini mohon kritik dan saran bagi berbagai pihak guna
kesempurnaan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini dan akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang,Deptan RI.2007.Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi
Hibrida. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian (Buku Elektronik). Jakarta.
PT.Sang Hyang Seri (Persero).2008. Petunjuk Teknik Budidaya Padi
Hibrida SL 8 SHS.(Folder).
PT Sumber Alam Sutera. Mei 2008. Teknologi Budidaya Padi Hibrida Bernas.(Slide
Presentasi).
Sinar Tani.Juli 2008. Budidaya Padi Hibrida di Jawa Timur. Edisi 2 –
8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar