Menu Blog

Kamis, 25 Desember 2014

Budidaya Tanaman Padi Sistem Legowo

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar BelakangTop of Form
Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas gabah nasional. Sejauhamana tanaman padi hibrida itu dapat dikenal oleh petani berikut penjelasan singkat mengenai teknis budidaya tanaman padi hibrida.
Keunggulan Tanaman Padi Hibrida
1.      Hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida;
2.      Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi;
3.      Keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tingg
Kelemahan Tanaman Padi Hibrida
1.      Harga benih yang mahal;
2.      Petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya;
3.      Tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Untuk tetua jantannya hanya terbatas pada galur atau varietas yang mempunyai gen Rf atau yang termasuk restorer saja;
4.      Produksi benih rumit;
5.      Memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pengertian – Pengertian
Proses bertani atau budidaya pertanian dalam hal tanam padi menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan negara Indonesia, bagai mana tidak.. beras menjadi salahsatu produk yang sangat penting, ini dikarenakan beras menjadi produk yang termasuk pada Sembilan bahan pokok.
Banyak hal yang mempengaruhi proses meningkatnya produksi padi, mulai dari penggunaan bibit unggul, pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hama penyakit, dan lain sebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa di tempuh oleh petani dalam proses meningkatkan produksi padi salah satu yang bisa di pilih yaitu dengan Cara Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti Luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada di pinggir.
Yang berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan tanaman padi di pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah.

B.    Tipe Sistem Jajar Legowo
1.    Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
2.    Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3.    Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo maka dapat dilihat peningkatan popolasi dari tanaman padi yang ditanam, secara umum rumus peningkatan jumlah populasi tanaman padi dapat dilihat dengan rumus 100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo)
Sebagai Contoh,
a.       Jika Legowo 2:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X 1 : (1 + 2) = 33,3%
b.       Jika Legowo 3:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 3) = 25 %
c.       Jika Legowo 4:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 4) = 20 %
d.       Jika Legowo 5:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 5) = 16,7%


BAB III
PEMBAHASAN

A.   Tahapan Budidaya Tanaman  Padi Sistem Legowo
1.    Benih dan Persemaian
Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali tanam saja. Artinya, setiap kali mau menanam, petani harus menggunakan benih yang baru dan bersertifikat. Penggunaan benihnya berkisar  antara 15 - 20 kg / ha.
Persemaian dilakukan dengan menggunakan sistem basah, dimana  lahan diolah dalam kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan selebar 1 – 1,25 meter  dan ditinggikan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20 m2 atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha. Selanjutnya benih direndam selama 12 – 24 jam, kemudian ditiriskan di tempat yang aman hingga berkecambah 1 mm. Kemudian benih disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2. Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian.
Sehari setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan seterusnya, ketinggian air di jaga 2 - 5 cm. Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai daun 5 - 6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT).
2.    Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tempat yang baik untuk tanaman,sehingga pengolahan tanah sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi hibrida. Lahan sawah disiapkan paling lambat 15 hari sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan 2 - 3 kali.
a.       Pengolahan I, tanah diolah/dibajak dalam keadaan macak-macak. Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10 cm-20 cm), sebelumnya tanah digenang air selama 1 minggu untuk melunakkan tanah. Galengan dibersihkan dengan cangkul dan dipopok dengan tanah agar air dan unsur hara pada petakan tidak hilang melalui rembesan Setelah tanah diolah, tanah dibiarkan selama 1 minggu dan digenangi air.
b.       Pengolahan II, tanah diolah/dibajak dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan lahan agar siap ditanami bibit padi.
c.       Pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang atau pupuk kompos jerami.

3.    Penanaman dan Penyulaman Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah (transplanting). Bila menggunakan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm ,untuk lahan kurang subur  atau 23 cm x 23 cm dan 25 cm x 25 cm ,untuk lahan subur. Dapat juga penanaman menggunakan sistem tanam jajar legowo (20 cm x 12,5 cm) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau (20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
Tanamlah bibit dengan menggunakan sistem tanam dangkal dengan pada kedalaman 1 – 2  cm, dengan jumlah bibit yang ditanam 1 - 2  batang per lubang atau paling banyak 2 bibit tanam per lubang tanam. Untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan populasi yang optimal.
Tabel. Populasi tanaman padi dalam tiap hektar pada berbagai cara tanam
No
Cara Tanam
Populasi Tiap Ha
% Terhadap Populasi Cara Tanam Tegel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tegel 20 cm x 20 cm
Tegel 22 cm x 22 cm
Tegel 25 cm x 25 cm
Legowo 2:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 3:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 4:1 (10 cm x 20 cm)
Legowo 2:1 (12,5 cm x 25 cm)
Legowo 3:1 (12,5 cm x 25 cm)
Legowo 4:1 (12,5 cm x 25 cm )
250 000
206 611
160 000
333 333
375 000
400 000
213 000
240 000
256 000
100
> 100
< 100
133
150
160
133
150
160
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2007.
Berdasar Tabel di atas, tampak bahwa cara tanam legowo dengan jarak tanam yang sama mempunyai populasi tanaman lebih banyak 33% - 60% dibanding cara tanam tegel sehingga hasil gabah diperkirakan akan lebih banyak pula.

4.    Pemeliharaan Tanaman
Anjuran pemupukan untuk tanaman padi hibrida  adalah sebagai berikut.
a.       Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ha.
b.       Pemupukan diberikan paling sedikit selama 3 kali aplikasi yaitu ; pemupukan I, pemupukan II, dan pemupukan III. Pemupukan  IV diberikan jika keadaan memaksa untuk diaplikasikan.
c.       Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250 - 350 kg/ha. Sp 36 100 kg/ ha dan KCL 100 kg / ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk urea, sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Waktu dan cara aplikasi pupuk adalah sebagai berikut :
a.       Pemupukan I, umur 7 - 10 HST: 75 - 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 75 kg KCI.
b.       Pemupukan II, umur 21 – 28 HST: 100 kg urea.
c.       Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 25 kg KCI. Pada saat tanaman menunjukkan keadaan primordia (pembentukan bkal bunga)
d.       Jika diperlukan pemupukan IV dapat diaplikasikan dengan memberikan 50 kg urea. Apabila  warna daun menujukkan gejala kekurangan nitrogen (kurang urea).  Dan  10% dari populasi tanaman telah berbunga.
Pada daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA 100 kg/ha. Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn, dilakukan dengan pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20 kg/ha bersamaan dengan pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata ke seluruh areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.

5.    Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan di daerah yang pengairannya dapat diatur. Cara pengairan berselang adalah:
a.       sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak. Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10 HST;
b.       Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm;
c.       Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Pada dasarnya tanaman padi hibrida tidak banyak berbeda dengan padi inbrida dalam kebutuhan air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida peka terhadap kekurangan air pada waktu fase bunting sampai pengisian gabah. Bila  terjadi kekurangan air pada fase tersebut dapat menimbulkan kehampaan gabah yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil. Sejak tanaman padi ditanam sampai fase primordia bunga (42 HST) tanaman perlu diberi air macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman membentuk anakan dalam jumlah banyak. Namun konsekuensi bila diberi air macak-macak adalah pertumbuhan gulma yang cukup cepat.

6.    Pengendalian Gulma dan OPT
Pengendalian gulma: penyiangan dilakukan dengan alat landak atau osrok. Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum pemupukan II).
Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III).
Penyiangan III, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Pengendalian HPT dilakukan secara periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu, mulai dari persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum menabur benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya pencegahan dan pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya mengacu pada konsep PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit, sedangkan penyakit adalah tungro hawar daun bakteri blast. Menjelang panen perlu waspada terhadap serangan burung emprit, dikendalikan secara manual dengan jaring.
Strategi pengelolaan hama dan penyakit terpadu diterapkan dengan mengintegrasikan komponen pengendalian yang kompatibel seperti :
a.       Menggunakan varietas tahan hama/penyakit,
b.       Menggunakan bibit sehat,
c.       Menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi tanaman seperti padi padi- kedelai/kacang hijau,
d.       Waktu tanam yang sesuai,
e.       Melakukan pembersihan lapangan terhadap singgang yang biasanya dijadikan tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit,
f.        Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
g.       Penerapan irigasi berselang,
h.      Gunakan sistem TBS (trap barrier system) untuk pengendalian tikus,
i.         Pengendalian kelompok telur, observasi hama dan penyakit secara terus menerus,
j.         Menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama ulat grayak, dan penggerek batang,
k.       Meningkatkan peran musuh alami seperti labalaba
l.         Gunakan pestisida sebagai alternatif akhir untuk mengendalikan hama berdasarkan hasil pengamatan.
Bila terjadi serangan penyakit kresek, maka sawah perlu didrainase agar tidak terjadi genangan air di petakan. Kelembaban tanah menjadi kurang, menyebabkan lingkungan mikro di dalam rumpun padi hibrida\ menjadi tidak lembab dan perkembangan jamur ataupun mikroorganisme penyebab penyakit tidak berkembang secara pesat.

7.    Penentuan waktu panen
Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya terhadap hasil gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka akan banyak terjadi butir hijau akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan menjadi rendah, banyak butir mengapur dan beras kepala banyak yang patah.
Sebaliknya bila tanaman padi dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah, timbangan gabah menjadi lebih ringan karena kadar air sudah menurun.
Pemanenan gabah yang ideal dilakukan bila :
a.       Sudah 90% masak fisiologi, artinya 90% gabah telah berubah warna dari hijau menjadi kuning,
b.       Bila dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35 hari, dan
c.       Berdasar perhitungan dari sejak sebar sampai umur sesuai dengan deskripsi varietas.
Pada dasarnya untuk dapat memperoleh hasil gabah tinggi maka kita harus menyayangi padi. Cara yang paling mudah untuk menyayangi padi adalah sering-sering datang ke sawah dan langsung melakukan observasi. Dengan cara tersebut niscaya hasil gabah dapat meningkat.

B.    Dampak Sistem Tanam Legowo
1.    Manfaat yang dirasakan ketika Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
a.       Menambahnya jumlah tanaman padi
b.       Akan meningkatkan produksi tanaman padi secara signifikan
c.       Memperbaiki kualitas gabah karena akan semakin banyaknya tanaman pinggir
d.       Dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman padi
e.       Dapat mengurangi tingkat serangan hama tanaman padi
f.        Akan mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik dalam proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida
g.       Dapat menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya di bagian dalam baris tanaman

2.    Kelemahan ketika Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
a.       Akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama pada saat melakukan proses penanaman padi
b.       Membutuhkan benih yang lebih banyak, ini dikarenakan  semakin banyaknya populasi tanaman padi
c.       Pada umumnya pada lahan yang menggunakan jajar legowo, maka akan lebih banyak ditumbuhi rumput

BAB IV
KESIMPULAN
A.   Kesimpulan
Yang berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan tanaman padi di pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah. Adapun tipe system jajar legowo :
1.      Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
2.      Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3.      Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.

B.    Saran
Dalam penulisan makalah budidaya tanaman padi siste legowo masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena kurang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk kesempurnaan makalah ini mohon kritik dan saran bagi berbagai pihak guna kesempurnaan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang,Deptan RI.2007.Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian (Buku Elektronik). Jakarta.
PT.Sang Hyang Seri (Persero).2008. Petunjuk Teknik Budidaya Padi Hibrida SL 8 SHS.(Folder).
PT Sumber Alam Sutera. Mei 2008. Teknologi Budidaya Padi Hibrida Bernas.(Slide Presentasi).
Sinar Tani.Juli 2008. Budidaya Padi Hibrida di Jawa Timur. Edisi 2 – 8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar