BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian modern yang bertumpu pada pasokan eketernal
berupa bahan-bahan kimia buatan (pupuk dan pestisida), membawa manusia kepada
pemikiran untuk tetap mempertahankan penggunaan masukan dari luar sistem
pertanian itu, namun tidak mebahayakan kehidupan manusia dan lingkungannya
menimbulkan kekhawatiran berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup,
sedangkan pertanian tradisional yang bertumpu pada pasokan internal tanpa
pasokan eksternal menimbulkan kekhawatiran berupa rendahnya tingkat produksi
pertanian, jauh di bawah kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis dan
hal ini telah (Mugnisjah, 2001). Pertanian modern dikhawatirkan memberikan
dampak pencemaran sehingga membahayakan kelestarian lingkungan, hal ini dipandang
sebagai suatu krisis pertanian modern.
Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian
modern adalah penerapan pertanian organik. Kegunaan budidaya organik menurut
Sutanto (2002) adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pemanfaatan pupuk organik mempunyai
keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya
merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur
hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk organik berdaya
amliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung, bekerja
menyuburkan tanah dan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem
tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan
demikian penerapan sistem pertanian organik pada gilirannya akan menciptakan
pertanian yang berkelanjutan..
Dunia pertanian modern adalah dunia mitos
keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur dari berapa banyaknya hasil panen
yang dihasilkan. Semakin banyak, semakin dianggap maju. Di Indonesia,
penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau,
sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan
menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an.
Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat
pada dekade 1980-an. Saat itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan
pemakaian bibit impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya,
Indonesia sempat menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an, petani
mulai kelimpungan menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida tidak
manjur lagi, dan harga gabah dikontrol pemerintah. Revolusi Hijau bahkan telah
mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah peradaban manusia, petani
bekerja mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Petani merupakan komunitas mandiri.
Nenek moyang memanfaatkan pupuk hijau dan kandang
untuk menjaga kesuburan tanah, membiakkan benih sendiri, menjaga keseimbangan
alam hayati dengan larangan adat. Mereka mempunyai sistem organisasi sosial
yang sangat menjaga keselarasan, seperti organisasi Subak di Bali dan Lumbung
Desa di pedesaan Jawa.
Dengan pertanian modern, petani justru tidak mandiri
Padahal, FAO (lembaga pangan PBB), telah menegaskan Hak-Hak Petani (Farmer‘s
Rights) sebagai penghargaan bagi petani atas sumbangan mereka. Hak-hak Petani
merupakan pengakuan terhadap petani sebagai pelestari, pemulia, dan penyedia
sumber genetik tanaman.
Hak-hak petani dalam deklarasi tersebut mencakup: hak
atas tanah, hak untuk memiliki, melestarikan dan mengembangkan sumber keragaman
hayati, hak untuk memperoleh makanan yang aman, hak untuk mendapatkan keadilan
harga dan dorongan untuk bertani secara berkelanjutan, hak memperoleh informasi
yang benar, hak untuk melestarikan, memuliakan, mengembangkan, saling
tukar-menukar dan menjual benih serta tanaman, serta hak untuk memperoleh
benihnya kembali secara aman yang kini tersimpan pada bank-bank benih
internasional (Wacana, edisi 18, Juli-Agustus 1999).
Apa yang dikembangkan oleh para ilmuwan telah
membedakan mana yang maju dan terbelakang, modern dan tradisional, serta
efisien dan tidak efisien. Sedangkan buktinya, sistem pertanian yang disebut
sebagai yang terbelakang, tradisional dan tidak efisien itu ternyata lebih
bersifat ekologis, tidak merusak alam.
B. Tujan
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa
dapat mengetahui tentang pengolahan lahan dengan modern dan apa itu pertanian
modern serta apa ciri-ciri pertanian modern.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Modernisasi Pertanian, Sejak awal
dikembangkannya pertanian di bumi ini, konsep pertamanya adalah pemenuhan
kebutuhan pangan manusia. Dicarilah berbagai cara agar supaya pangan yang ada
di dunia ini tetap lestari dan tidak habis. Kehidupan purba memulainya dengan
ditandainya perubahan pola hidup dari berladang dan berpindah menjadi menetap
di suatu daerah. Pada konsep awal ini, pertanian menjadi sektor dasar yang
merupakan pijakan dari sektor-sektor lain karena ini memang suatu ‘fitrah’ dari
sektor berbasis sumber daya seperti pertanian. Hal ini menyebabkan
pertanian terintegrasi cukup baik ke dalam kebijakan ekonomi makro. Oleh karena
itu, pada tataran konsep dasar ini, pertanian bisa berkembang pesat. Bahkan
negara-negara yang memiliki basissumber daya kuat seperti Indonesia bisa
mencapai swasembada pangan. Dalam Arifin (2004), Pada era 1970-an Indonesia
cukup berhasil membangun fondasi atau basis pertumbuhan ekonomi yang baik
setelah pembangunan pertanian terintegrasi cukup baik ke dalam kebijakan ekonomi
makro. Hasil besar yang secara nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat
banyak adalah terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri (swasembada) pada
pertengahan 1980-an.
Kemudian, konsep selanjutnya mulai berkembang, yaitu
konsep pemuliaan spesies pertanian yang mencari varietas-varietas yang memiliki
keunggulan tersendiri dan lebih menguntungkan manusia. Konsep ini muncul
sebagai bagian dari peningkatan kualitas setelah adanya peningkatan kuantitas
dari konsep pertama. Didapatlah varietas-varietas dengan keunggulan tertentu,
seperti enak rasanya, banyak hasil panennya dalam sekali masa tanam,
menghasilkan daging atau susu yang banyak dan berkualitas, dan tahan terhadap
hama dan penyakit.
Kedua konsep ini dapat dikatakan sebagai konsep dasar
pertanian yang walau berubah seperti apapun kehidupan di muka bumi ini, kedua
konsep akan terus dipakai.
Kini, konsep pertanian modern bukan hanya membahas
usaha untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia dan pemuliaan spesies pertanian,
tetapi sudah lebih ke arah bagaimana cara optimalisasi usahatani untuk
menghasilkan bahan pangan yang bermutu, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Di dalamnya juga termasuk usaha peningkatan teknologi pertanian agar
pertanian berjalan lebih efektif dan efisien. Inilah perkembangan konsep
pertanian selanjutnya. Konsep ini merupakan penggabungan dari dua konsep awal
yang terkesan berjalan sendiri-sendiri Pada awalnya terlihat kurang adanya
keterkaitan yang erat antara riset dan pengembangan teknologi pertanian dengan
peningkatan hasil panen di lapangan. Seiring berjalannya waktu mulai ada
harmonisasi keduanya dan hal ini sudah mulai terlihat di tahun 2008 ini.
Triwulan II 2008 ini PDB sektor pertanian meningkat 5,1% dari Triwulan I. Hal
ini seiring dengan tingginya nilai ekspor hasil pertanian periode Januari-Juni
2008 yang meningkat 50,13% dibanding periode yang sama tahun lalu. Inilah bukti
dari optimalisasi usahatani di Indonesia berhasil. Tingginya nilai ekspor hasil
pertanian indonesia juga menandakan bahwa kualitas produk pertanian kita sudah
sesuai dengan standar kualitas internasional. Baiknya kualitas dan kuantitas
produk pertanian Indonesia merupakan hasil dari konsep pertanian modern yang
diterapkan di Indonesia.
Konsep optimalisasi usahatani ini dijabarkan oleh
sebuah sistem terpadu yang mampu melingkupi semua sektor, termasuk industri,
dan mengaitkannya menjadi sebuah rantai perekonomian Indonesia. Sistem ini
merupakan penerapan dari konsep pertanian modern, yaitu agribisnis. Sistem
agribisnis merupakan sistem yang terdapat keterkaitan erat antar subsistem
agribisnis mulai dari hulu hingga jasa penunjang dan menopang satu sama lain.
Sistem agribisnis merupakan konsep yang lebih konkrit dan komprehensif untuk
pengembangan sektor pertanian ke arah yang lebih baik. Dengan adanya sistem
ini, pengembangan komoditas-komoditas pertanian Indonesia pun menjadi lebih
fokus karena setiap komoditas memiliki subsistem agribisnis yang berbeda-beda.
Sistem ini juga mampu menggerakkan pemerintah untuk lebih giat mengeluarkan
kebijakan yang pro terhadap pertanian rakyat dan dunia perbankan agar lebih
‘ramah’ terhadap petani dalam hal kredit karena keduanya masuk sebagai salah
satu subsistem agribisnis, yaitu subsistem jasa penunjang yang bergerak
bersama-sama subsistem yang lainnya.
Setelah perjuangan penuh manusia untuk merancang
konsep pertanian modern untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tanpa batas, kini
berkembang lagi konsep pertanian baru yang semakin menunjukkan kebutuhan
manusia yang tanpa batas. Pengembangan sektor pertanian ke arah yang lebih
lanjut adalah untuk usaha pemenuhan energi. Sumberdaya alam yang semakin
terbatas, terutama sumber energi, membuat manusia kembali
mengandalkan pertanian sebagai penghasil sumber energi alternatif.
Belakangan sudah dikembangkan biofuel di Brazil dengan memanfaatkan
tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) dan sudah mulai dikembangkan pula
oleh negara lain.
Semua hal diatas mengenai konsep pertanian
berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang tanpa batas.
Padahal, sumber daya yang tersedia sudah pasti ada batasnya dan suatu
saat akan habis. Untuk kepentingan yang sangat vital inilah sektor pertanian
kini sudah terpolitisasi. Apalagi di Indonesia yang mayoritas warganya berlatar
belakang pertanian atau berhubungan dengan sektor pertanian.
Pangan pada hakikatnya akan selalu dibutuhkan oleh
manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari suatu negara. Tabiat manusia yang kebutuhannya
tanpa batas harus dikendalikan semaksimal mungkin karena alam memiliki
keterbatasan. Jika hal itu tidak sesegera mungkin dilakukan, bukan tidak
mungkin manusia akan punah sebelum waktu yang ditentukan-Nya.
B. Menuju Pertaniaan Modern
Pertanian modern meliputi pertanian organik, hidroponik,
holtikultura, dll. Metode ini akan dapat membawa keuntungan bagi para petani
dengan banyak cara. Salah satu contoh pertanian modern adalah pertanian
organik. Menghidupkan kembali kearifan lokal seperti ritual tanam,
kalender musim/ pronoto mongso, kecocokan tanaman dengan
karakteristik petani dan kondisi topografi/geografi
setiap daerah seharusnya tidak dilupakan pertanian organik.
Kearifan lokal dengan berbagai ragam pengetahuan manusia dihapus oleh
pertanian modern, menjadi hanya satu pola bentuk pertanian. Bibit lokal,
kearifan pengetahuan pertanian lokal dicap “primitif” oleh penggiat pertanian
modern. Julukan primitif ini diikuti promosi besar-besaran jenis padi hibrida
unggul, tahan terhadap segala jenis penyakit dan
hama, produksi lebih tinggi, dan waktu panen yang cepat.
Praktik pertanian organik seharusnya membawa
perubahan mendasar dalam kehidupan sosial yang dulu pernah ada dan hidup
dikomunitas pedesaan. Dulu, hubungan antara pemilik tanah
dan penggarap tidak hanya didasarkan pada ikatan ekonomis
saja, tetapi mereka juga menjalin hubungan yang mengandung ikatan
solidaritas sosial. Contohnya, bila salah seorang keluarga
petani ditimpa musibah atau gagal panen, maka beban ini ditanggung oleh
anggota komunitas yang lain, termasuk oleh pemilik tanah. Solidaritas
masyarakat desa ini pulalah yang mencegah dan menyelamatkan
keluarga-keluarga petani miskin dari bencana kelaparan yang disebabkan oleh
kerawanan ekologis. Apabila pendekatan pertanian organik tidak holistik, maka
pertanian organik tidak ubahnya seperti revolusi hijau.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian pertanian modern
Pertanian modern adalah pola bertandi dengan
menggunakan alat-alat cangih dan dengan skala besar.
Pertanian modern harus menggunakan peralatan modern. Apalikasi pertanian
modern yang telah terlaksana seperti pertanian gandum, pertanian padi,
pertanian anggur.
B. Sistem Pertaniaan Modern
Pertanian modern yang bertumpu pada pasokan eketernal
berupa bahan-bahan kimia buatan
(pupuk dan pestisida), menimbulkan kekhawatiran berupa
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup,
sedangkan pertanian tradisional yang bertumpu pada pasokan internal
tanpa pasokan eksternal menimbulkan kekhawatiran berupa rendahnya tingkat
produksi pertanian, jauh di bawah kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis
dan hal ini telah membawa manusia kepada pemikiran untuk tetap mempertahankan
penggunaan masukan dari luar sistem pertanian itu, namun tidak mebahayakan
kehidupan manusia dan lingkungannya (Mugnisjah,2001). Pertanian modern
dikhawatirkan memberikan dampak pencemaran sehingga membahayakan
kelestarian lingkungan, hal ini dipandang sebagai suatu krisis pertanian
modern.
Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian
modern adalah penerapan pertanian organik. Kegunaan budidaya organik menurut
Sutanto (2002) adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pemanfaatan pupuk organik mempunyai
keunggulan nyatadibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan
sendirinyamerupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan
sumber unsur hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma.
Pupuk organik berdaya amliorasi ganda
dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan
tanahdan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah serta
menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian
penerapan sistem pertanian organik pada gilirannya akan menciptakan
pertanian yang berkelanjutan.
Dunia pertanian modern adalah dunia mitos
keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur dari berapa banyaknya hasil
panenyang dihasilkan. Semakin banyak, semakin dianggap maju. Di Indonesia,
penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau,
sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian
dengan menggunakan teknologi modern.
C. Ciri-ciri pertanian Modern
(Napitupulu, 2000)
1.
Usahanya merupakan industri/perusahaan
pertanian, memenuhi skala ekonomi, menerapkan teknologi maju dan spesifik
lokasi termasuk mekanisasi pertanian, menghasilkan produk segar dan olahan yang
dapat bersaing di pasar global (likal dan internasional), dikelola secara
profrsional, mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, memiliki “brand
name” (citra nama) berskala internasional dan mampu berproduksi di luar musim.
2.
Pertanian mampu mengambil
keputusankeputusan yang rasional dan inovatif, memiliki jiwa kewirausahaan yang
tinggi, mempunyai kemampuan maanajemen modern dan profesional, mempunyai
jaringan (networking) yang luas, mempunyai akses informasi ke pasar
global dan mempunyai posisi tawar yang kuat.
3.
Organisasinya mempunyai
organisasi/asosiasi di antara petani yang kuat (solid) dan berjenjang dari
tingkat desa ke tingkat nasional, bisa mengakses lembaga keuangan dan lembaga
bisnis lainnya.
4.
Aturan mainnya mencerminkan adanya
kesadaran tingkat makro dan mikro secara operasional berpihak kepada petani
khususnya dalam konteks perdagangan global, tidak tumpang tindih, konsisten
dengan meminimumkan inkonsistensi di antara berbagai kebijakan yang ada.
Ada
4 daftar negara-negara yang pertaniaan modernnya patut di contoh :
1.
Jepang
Sebagai
negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga teknologi
untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail,
dikerjakan secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap ramah
lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan
daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem
Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan porsi lahan pertanian hanya 25 % saja,
masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka
menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung,
pokoknya setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED.
2.
Belanda
Menurut
saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya. Dengan
luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011
Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk
pertanian terbesar didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro.
Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor pertanian merupakan pendorong
utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20% pendapatan nasionalnya.
Kunci
dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakan-kebijakan dan
teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu pusat
riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.
3.
Amerika Serikat
Amerika
Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas, kentang dan
tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat mempengaruhi harga
di dunia. Pertanian di sana dikerjakan dengan luas kepemilikan lahan yang luas,
dikerjakan dengan teknologi pertanian yang hampir separuhnya dilakukan oleh
mesin. Sistem irigasi dalam pengelolaan air pun di buat lebih efisien.
4.
Taiwan
Hasil
ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5%
pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya,
separuh pengerjaan dilakukan dengan teknologi canggih. Contohnya dalam
penanaman padi, mereka menerapkan sistem yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu hamparan sebelum dipindah pada
lahan sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu wadah pot segi empat dengan
ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan kecepatan 3 jam/ha. Cara
ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan pertumbuhan padi
lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari persemaiaan
yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk adaptasi.
Dari kesemua negara yang saya sebutkan tadi, ada
“benang merah” yang membuat mereka maju dan terdepan dalam teknologi
pertaniaan, yaitu dukungan pemerintahnya melalui kebijakan-kebijakan yang
berpihak terhadap petani, mengatur dan menata pengelolaan pertanian menjadi
teratur, tertata dan mensejahterakan. Saya amat yakin, dalam hal sumberdaya
manusia Indonesia pun tak kalah hebat, tinggal bagaimana menciptakan suasana
yang kondusif di pertanian kita, Malaysia dan Thailand pun udah mulai menata
pertaniaannya, sektor ini maju pesat di sana.
E. Manajemen Pertanian Modern
1.
Obat – obatan Manajemen
pertanian modern menitik beratkan pada segi:
·
Produktivitas
·
Efisiensi
a.
Produktivitas
Merupakan
upaya untuk menaikkan jumlah produksi dari lahan pertanian yang tersedia.
Faktor – faktor yang
dapat menunjang hasil produksi antara lain:
1)
Lahan
2)
Kesuburan tanah
3)
Bibit yang di gunakan
4)
Tenaga kerja
5)
Pupuk
6)
Aspek manajemen pengolahan hasil
7)
Modernisasi alat pertanian
b.
Efisiensi
Efisiensi menurut
pengertian ilmu ekonomi di bagi menjadi tiga :
1)
Efisiensi teknis
2)
Efisiensi alokatif (harga)
3)
Efisiensi ekonomi
2.
Suatu penggunaan faktor produksi
dikatakan efisien secara teknis apabila faktor produksi yang di pakai
menghasilkan produksi yang maksimum.
3.
Efisiensi harga di lihat dari profit
(keuntungan) yang di dapatkan.
4.
Efisiensi ekonomi yaitu apabila usaha
pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan harga
Di Indonesia Gebrakan revolusi hijau
terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu, pemerintah mengkomando penanaman padi,
pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya.
Hasilnya, Indonesia sempat menikmati swasembada beras. Namun pada dekade
1990-an, petani mulai menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida yang tidak
manjur lagi.
Contoh
sistem pertanian modern
Corporate Farming adalah sebuah sistem
pertanian dengan menerapkan cara panggarapan lahan yang relatif luas secara
bersamasama dalam satu sistem pengelolaan oleh sebuah perusahaan atau
korporasi.
F. Pertanian Modern
Pertanian modern bertujuan untuk memutus
ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang
mendominasi sumber daya agraria. Pertanian modern merupakan tahapan penting
dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang
sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria.
Pelaksanaan pertanian modern bersumber dari tradisi
pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam
untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu,
SPI mengistilahkannya sebagai “Pertanian modern berbasis keluarga petani”,
untuk membedakannya dengan konsep pertanian organik berhaluan agribisnis.
Pertanian modern merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan
(Serikat Petani Indonesia, 2008)
Pertanian modern meliputi komponen-komponen fisik,
biologi dan sosioekonomi. Pertanian modern direpresentasikan dengan sistem
pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia,
mengendalikan erosi tanah dan gulma, serta
memelihara kesuburan tanah.
Pertanian modern memiliki konsep dasar yaitu
mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian yang sehat, bebas dari
bahan-bahan kimia yang meracuni lingkungan. Dalam pertanian modern terdapat
komponen dasar agroekosistem baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang, dimana komponen dasar agroekosistem tersebut memadukan
antara produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan
(equlity).
Pertanian
modern merupakan suatu ajakan moral untuk berbuat kebijakan pada lingkungan
Sumber Daya Alam dalam usaha pertanian dengan mempertimbangkan 3 aspek, yaitu:
a.
Kesadaran Lingkungan (Ecologically
Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis
yang ada. Keseimbangan lingkungan adalah indikator adanya harmonisasi dari
sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
b.
Bernilai ekonomis (Economic Valueable),
sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik
bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta
bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. Sumber daya
alam terlanjutkan (tidak tereksploitasi).
c.
Berwatak sosial atau kemasyarakatan
(Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan
budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat setempat. (Lisa
navita)
1.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar
Ekonomi
Penerapan
pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberdayaan
ekonomi rakyat antara lain :
a.
Produksi pertanian organik jauh dibawah
hasil produksi sistem konvensional
Adanya
perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan
pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani
belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem
pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada
jenis tanaman yang diusahakan. Beberapa hasil penelitian di kawasan Timur
Canada menunjukkan bahwa hasil gandum organik adalah 75% lebih rendah dibanding
dengan gandum konvensional. Pada kasus cuaca yang tidak normal, misalnya musim
kering yang panjang, maka produktivitas pertanian organik biasanya lebih tinggi
dibanding pertanian konvensional. Di samping itu, pertanian organik juga
relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.
b.
Minimnya akses transportasi pada
lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya pertanian organik
Minimnya
akses transportasi disebabkan karena daerah yang memenuhi syarat untuk budidaya
pertanian organik adalah daerah yang minim pencemaran lingkungan. Hal ini
menimbulkan beberapa implikasi lanjutan antara lain : (a). sulitnya
mendistribusikan bahan input atau sarana produksi pertanian seperti pupuk dan
pestisida organik, benih, dan peralatan kerja; (b). sulitnya membawa
hasil/produk pertanian organik dari lahan ke pasar; (c). mahalnya biaya untuk
transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik.
c.
Pertanian modern memerlukan biaya
produksi relatif lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional.
Khususnya
untuk penyediaan input produksi pertanian konvensional memiliki biaya produksi
lebih tinggi daripada pertanian modern. Dalam pertanian modern pembelian pupuk
dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi. pengendalian gulma dilakukan
secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman
tumbuh dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa
pengendalian gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya.
Dalam prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah
dan praktek pengelolaan yang baik, pertanian modern justru meminimalkan
pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.
d.
Pendapatan petani modern sedikit lebih
besar dibanding dengan petani konvensional.
Secara
umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar
(karena premium price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga
mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada
satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama
secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak orang
berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani, sebagai contoh biaya pembelian pupuk organik lebih murah
dari biaya pembelian pupuk kimia; Harga jual hasil pertanian organik seringkali
lebih mahal. Contoh, harga beras organik saat ini Rp. 8.000 – 13.000,-/kg
sedang beras biasa Rp. 5.500 – 7.000,-/kg; Petani dan peternak bisa mendapatkan
tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya;Bagi peternak,
biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah
dari pakan ternak konvensional; Pengembangan pertanian organik berarti memacu
daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar
internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti
akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan petani.
e.
Menciptakan lapangan kerja baru dan
keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Pertanian
modern akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya
lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan
pertanian modern juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani
peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini,
peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan
dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari
peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara
langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
2.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar
Ekologi
Prinsip ekologi dalam
penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut:
a.
Memperbaiki kondisi tanah
Dengan
menggunakan sistem pertanian modern, tanah yang rusak dapat diperbaiki sehingga
menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan
meningkatkan kehidupan biologi tanah.
b.
Optimalisasi ketersediaan dan
keseimbangan daur hara
Jika
menggunakan sistem pertanian modern ketersediaan dan keseimbangan daur hara
dapat dioptimalisasi melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan
daur pupuk dari luar usaha tani.
c.
Membatasi kehilangan hasil panen akibat
aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air
dan pencegahan erosi.
d.
Membatasi terjadinya kehilangan hasil
panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui
perlakuan yang aman.
e.
Pemanfaatan sumber genetika (plasma
nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara
mngkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
f.
Menghasilkan bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan
g.
Kualitas SDA dipertahankan
h.
Ramah lingkungan karena menggunakan
pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang keseluruhannya berasal dari alam,
i.
Meminimalkan semua bentuk polusi yang
dihasilkan dari kegiatan pertanian.
j.
Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi
tanah
Dalam
pertanian modern diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi,
meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan
diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah
dilakukan tanpa menggunakanpupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan
teknik-teknik seperti rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan
integrasi tanaman dengan ternak, meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu
aktivitas biota tanah,menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari.
k.
Penghematan energi
Hasil
studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi
minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem
produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua
sistem produksi sayuran dan buah-buahan.
l.
Tidak mencemari air
Penjagaan
kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian
lestari(sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air
tanah(groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh
nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu
pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit
seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem
perairan.
Pada
areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek
pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air
akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk
organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan sebelum digunakan. Di
samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam
sistem pertanian organik.
m.
Tidak mencemari udara
Pertanian
modern terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas
rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih
rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak
menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida
dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga
menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik
menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui
peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah
dengan tanaman penutup tanah.
n.
Dapat memanfaatkan limbah
Praktek
pertanian modern mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi
pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama
ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber
nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.
o.
Menciptakan keanekaragaman hayati
Pertanian
organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu
menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang
sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan
keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies
mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak
menggunakan organisme hasil rekayasa genetika(Genetic Enggineering
Organism) atau organisme transgenik (Genetically Modified
Organism)serta produknya karena alasan keamanan lingkungan, kesehatan dan
sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan
resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.
3.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar
Sosial
a.
Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan
bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pada
sistem pertanian berkelanjutan, tidak digunakan pupuk kimia secara berlebihan
sehingga produk-produk yang dihasilkan layak konsumsi dan aman serta bergizi
bagi masyarakat.
b.
Kebutuhan dasar seluruh masyarakat
terpenuhi
Dengan
menerapkan sistem pertanian modern, hasil produksi yang di dapat stabil
sehingga seluruh kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi.
c.
Segala bentuk kehidupan dihargai
Manusia
hidup di dunia tidak sendiri, melainkan berdampingan dengan hewaan dan
tumbuhan. Dengan menerapkannya sistem pertanian modern, manusia, hewan, dan
tumbuhan dan bekerjasama dengan baik dan semua berperan dalam menghadapi hidup.
Sehingga semua bentuk kehidupan dapat dihargai.
d.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan sehat bagi petani.
Dengan
digunakannya sistem pertanian modern dapat menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat bagi petani. Hal ini dikarenakan petani akan terhindar dari
paparan(exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia
sintetik dalam produksi pertanian.
4.
Pertanian Modern :
a.
lebih banyak dan lebih bagus hasil yang
akan dihasilkan jika dibandingkan dengan tradisional
b.
lebih efisien dan lebih simpel karena
dibantu alat2 mekanik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertanian modern adalah pola bertandi dengan
menggunakan alat-alat cangih dan dengan skala besar.
Pertanian modern harus menggunakan peralatan modern. Apalikasi pertanian
modern yang telah terlaksana seperti pertanian gandum, pertanian padi,
pertanian anggur.
Pertanian modern yang bertumpu pada pasokan eketernal
berupa bahan-bahan kimia buatan
(pupuk dan pestisida), menimbulkan kekhawatiran berupa
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, sedangkan pertanian tradisional
yang bertumpu pada pasokan internal tanpa pasokan eksternal menimbulkan
kekhawatiran berupa rendahnya tingkat produksi pertanian, jauh di bawah
kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis dan hal ini telah membawa
manusia kepada pemikiran untuk tetap mempertahankan penggunaan masukan dari
luar sistem pertanian itu, namun tidak mebahayakan kehidupan manusia dan
lingkungannya
Dunia pertanian modern adalah dunia mitos
keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur dari berapa banyaknya hasil
panenyang dihasilkan.
Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian,
memenuhi skala ekonomi, menerapkan teknologi maju dan spesifik lokasi termasuk
mekanisasi pertanian. Pertanian mampu mengambil keputusan-keputusan yang
rasional dan inovatif. Organisasinya mempunyai organisasi/asosiasi di antara
petani yang kuat (solid) dan berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional.
B. Saran
Untuk menghindari krisis pangan negara, penerapan
pertanian modern harus diperhatikan sisi positifnya, agar penggunaan lahan
dapat seimbang. Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, dan demi
kesempurnaannya mohon kritik dan sarannya, guna perbaikan makalah ini dan
kedepannya. Atas partisipasinyaa penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://nico03soil.wordpress.com
modern.html#sthash.A52eI5YR.dpuf