BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sanganatan (1989) bahwa Istilah umum “pertanian” berarti kegiatan
menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan suatu yang dapat
dipanen, dan kegiatan pertanian merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan
asli dan daur hidupnya. Dalam pertanian modern campur tangan ini semakin jauh
dalam bentuk masukan bahan kimia pertanian, termasuk: pupuk kimia, pestisida
dan bahan pembenah tanah lainnya. Bahan-bahan tersebut mempunyai peranan yang
cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman. Akan tetapi dua istilah
“pertanian alami” dan “pertanian organik” kita kaji lebih mendalam, maka
pengertiannya akan berbeda.
Istilah yang pertama “pertanian alami” mengisyaratkan kukuatan alam mampu
mengatur pertumbuhan tanaman, sedang campur tangan manusia tidak diperlukan
sama sekali. Istilah yang kedua “pertanian organik” campur tangan manusia lebih
insentif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan
prinsip daur-ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (Sutanto,
1997).
Pertanian adalah salah satu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan
proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ada anggapan bahwa asal mula
pertanian di dunia dimulai dari asiatenggara. Awal kegiatan pertanian
terjadi ketika manusia mulai mengambil paneranan dalam proses kegiatan tanaman
dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Tingkat kemajuan
pertanian mulai dari pengumpulan da pemburu, pertanian primitive, pertanian
tradisional, dan pertanian modern (Admin UPI, 2012).
Sedangkan menurut Banoewidjojo (1983) pertanian dalam arti luas yaitu semua
kegiatan usaha dalam reproduksi fauna dan flora tersebut, yang
dibedakan ke dalam 5 sektor, masing-masing pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Dalam arti sempit yaitu khusus pertanian
rakyat.
Pertanian merupakan bagian agroekosistem yang tak terpisahkan dengan
subsistem kesehatan dan lingkungan alam, manusia dan budaya saling mengait
dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama (Karwan A. Salikin).
Pertanian
sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia di beberapa bagian dunia
telah mengalami proses perkembangan yang cukup panjang dalam sejarah kebudayaan
manusia yang sejalan dengan perkembanga pengetahuan manusia tentang jenis-jenis
tanaman dan cara menanamnya. Awalnya, usaha manusia demi
mempertahankan hidup yaitu dengan mengumpulkan hasil bumi serta dengan berburu
hewan disekitar lingkungan mereka. Kegiatan tersebut dikenal dengan “berburu
dan meramu”. Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah kegiatan bercocok
tanam di ladang. Perubahan tersebut membawa perubahan dalam perkembangan
kebudayaan manusia. Sehubungan dengan ini, saya selaku penulis mencoba untuk
membahas secara singkat tentang sejarah perkembangan pertanian.
B. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui pengertian pertanian tradisional
2. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pertanian tradisional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Lahan Pada Sistem Pertanian Tradisional
Petani
Malaysia membeda-bedakan tanah yang manis, netral atau masam untuk dirasakan
(menunjukkan pH tanah). Petani yang sama menggunakan semak keduduk (Melastoma)
sebagai inidikator dari seberapa banyak alumunium pada tanah, pohon bakan
(Hanguana) sebagai indicator asam pada tanah dengan keadaan air yang statis,
dan rumput Imperata, semak beri keriang (Ploiarium), dan pohon cashew sebagai
indicator kesuburan tanah. Klasifikasi tanah tradisional di Jawa biasanya
berdasarkan warna, tekstur, dan kandungan air tanah. Petani Sunda
mengekspresikan tekstur tanah dalam masa kandungan batu, kandungan pasir, dan
keteguhannya. Tanah gelap atau hitam disimpulkan lebih subur dibandingkan
dengan tanah merah, dan tanah yang berwarna cerah memilihi kesuburan sedang
hingga tinggi. Warna tanah penting dalam system rotasi tahunan dan musiman ntuk
mengindikasi apakah lahan tersebut siap untuk bagian lahan tanaman dalam
siklus. Jika tanah di bamboo talun gelap, petani mengasumsikan bahwa lahan tersebut
sudah siap diolah. Warna gelap pada tanah mungkin menunjukan naiknya bahan
organic tanah selama fase bamboo di dalam siklus.
B. Pengertian Sistem Pertanian Tradisional
Sistem
pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan
tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian
tradisional salah satu contohnya adalah sistem ladang berpindah.
Sistem ladang berpindah telah tidak sejalan
lagi dengan kebutuhan lahan yang semakin
meningkat akibat bertambahnya penduduk.
Pertanian
tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan
bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan
pertaniannya sempitdan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang tak
dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah, dan dalam
keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan mengalami
bahaya kelaparan yang sangat mencekam. Dalam keadaan yang demikian, kekuatan
motivasi utama dalam kehidupan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan
penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan
keluarganya.
Pada
Pertanian tradisional biasanya lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
para petani dan tidak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi petani, sehingga hasil
keuntungan petani dari hasil pertanian tradisional tidak tinggi ,
bahkan ada yang sama sekali tidak ada dalam hasil produksi pertanian.
Sebenarnya
pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab lingkungan karena tidak
memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak mampu mengimbangi kebutuhan
pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Untuk mengimbangi kebutuhan
pangan tersbut, perlu diupayakan peningkatan produksi yang kemudian berkembang
sistem pertanian konvensional (Pracaya, 2007).
Dalam
pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya
satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang
merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena
hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai
rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah
dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pada
tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku
karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian
yang sempit. Kegagalan panen karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya
tanah, tindakan pemerasan oleh oara rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti
para petani.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pertanian Tradisional Berdasarkan Fungsi Dasar Ekonomi
Dalam
pertanian tradisional biasanya menggunakan prinsip yang mana pertaniaan
tradisional hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya
pada masyarakat bercocok tanam tanaman padi yang mana hasil padi yang telah di
produksi dan diolah menjadi beras kemudian di konsumsi oleh keluarganya,
sehingga terus berjalan kelangsungan hidupnya.
Kemudian
ciri dari pertanian tradisional yaitu masih berpaku dan berharap pada alam yang
mana ketika masyakrakat menanam suatu tanaman dengan pertanain tradisional maka
hasilnya akan tergantung pada proses alam.
Pada sistem
pertanian terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian
tradisional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
1. Penggunaan
teknologi yang belum berkembang.
Dalam hal ini biasanya pada pertanian
tradisional menggunakan alat atau teknologi yang masih rendah atau belum
berkembang.Yang mana hal ini dapat memperlambat hasil yang di produksi dan akan
membuang waktu dlaam proses bercocok tanam. Misalnya pada sistem tradisional
masyarakat untuk membajak sawah masih menggunakan kerbau hal ini masih kurang
efisiensi dalam pemanfaatan waktu dan tenaga.Akan tetapi
dari sektor ekonominya lebih rendah dan minim pengularan untuk
mengelolah lahan untuk menghasilkan produk.
2. Tenaga kerja
yang masih banyak di gunakan
Untuk pertanian tradisional biasanya
diguanakan lebih banyak dalam menggelolah lahan pertanian untuk menghasilkan
produksi. hal ini dikarenakan masih minimnya teknologi yang ada sehingga
pelaksanaan menggunakan SDM (sumber daya manusia) yang ada. Sebagai contoh
dalam hal panen tanaman tebu yang mana digunakan tenaga kerja manusia dalam
proses penebangan,kemudian contoh lain proses perontokan helai padi yang masih
menggunakan tenaga manusia untuk melakukan walaupun saat ini mulai ada
teknologi yang membantu merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan bahwa
pertanian tradisional masih tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang
ada,akan tetapi dari sektor ekonominya lebih murah.
3. Modal yang
dipakai masih sedikit
Dalam hal ini modal dalam pengelolahan
produksi pertanian masih sedikit karena kebutuhan yang dibuat tidak terlalu
membutuhkan modal lebih .Biasanya juga hanya butuh modal untuk pembayaran tenaga
kerja dan lain-lain yang rata-rata minim.
4. Hasil
produksi yang masih kurang terjangkau
Dalam pertanian tradisional sering hasil yang
di produksi hanya sebatas untuk di konsumsi keluarga maupun masyarakat
golongan.Hal ini dikarenakan masih minimnya cara budidaya tanaman sehingga
produk yang dihasilkan masih rendah.
B. Pertanian Tradisional Berdasarkan Fungsi Dasar Ekologi
Dalam
pertanian tradisional untuk mengolah hasil produk pertanian masih tergantung
dengan alam/ekologi sekitar. Dikarenakan dalam proses pertanian tradisional
produknya hanya untuk memeunhi konsumsi petaninya,bukan untuk mencari
keuntungan besar.
Adapun
dampak positif yang terjadi dari pertanian tradisional yaitu:
1. Pelestarian
alam yang masih terjamin dan terus berkembang.
Yang mana pelestarian alam terus berjalan
karena proses ini berjalan dan akan bisa memproduksi dengan rata-rata konstan
untuk musim-musim kedepannya.
2. Tidak adanya
kerusakan ataupun pencemaran yang terjadi .
Proses pertanian tradisional terjadi tampa
adaya perusakan ekosistem yang ada sekitar maupun tampa pencemaran yang bisa
mengakibatkan penurunan hasil produktivitas pengolahan pertanian.
C. Pertanian Tradisional Berdasarkan Fungsi Dasar Sosial
Dalam
pertanian tradisional terjadi hubungan yang erat antar sesama dikarenakan dalam
proses pertanian tradisional menjunjung tinggi tolong menolong dan gotong
royong, apalagi dengan sistem tradisional yang menyebakan antar petani salaing
membutuhkan dan membantu untuk menghasilkan produktivitas pertanian yang telah
di olah.
D.
Kelebihan Dan
Kekurangan Pertanian Tradisional
1. Kelebihan
Kelebihan
pertanian tradisional yaitu :
a. Lebih ramah
lingkungan
b. Dapat
melestarikan budaya asli pedesaan yang umumnya sering berkaitan dengan ritual
dalam pertanian
2. Kelemahan
Kelemahan
pertanian tradisional yaitu :
1. Membutuhkan
tenaga kerja yang banyak
2. Sangat
tergantung pada iklim.
3. Selalu
berpindah-pindah tempat budidaya tanaman
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem
pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan
tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian
tradisional salah satu contohnya adalah sistem ladang berpindah.
Sistem ladang berpindah telah tidak sejalan lagi dengan kebutuhan lahan
yang semakin meningkat akibat bertambahnya penduduk.
Pada sistem
pertanian tradisional terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi.
Pertanian tradisional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
1. Penggunaan
teknologi yang belum berkembang.
2. Tenaga kerja
yang masih banyak di gunakan
3. Modal yang
dipakai masih sedikit
4. Hasil produksi
yang masih kurang terjangkau
Adapun
dampak positif yang terjadi dari pertanian tradisional yaitu:
1. Pelestarian
alam yang masih terjamin dan terus berkembang.
2. Tidak adanya
kerusakan ataupun pencemaran yang terjadi.
B. Saran
Dalam
penulisan makalah pertanian tradisional masih memiliki banyak kekurangan oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu bagi yang
membutuhkannya. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar